CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS

Kamis, 05 Agustus 2010

Anak Jaman Sekarang


Kalau mamaku lagi ngumpul bersama sesama orang tua, dan membicarakan soal anak-anak mereka, biasanya kalimat seperti berikut ini terucapkan oleh salah satu dari mereka.

Anak jaman sekarang itu nggak kayak kita dulu waktu kecil. Dulu, kita lebih sering di rumah, bantu orang tua. Ada saja yang bisa dikerjakan. Dari kecil sudah bisa masak. Trus tidak pernah melawan orang tua. Anak sekarang jarang di rumah, ndak les-lah.. main ke rumah temannya lah.. kalau di rumah, di kamar aja main komputer. Ngerjain tugas katanya. Jangankan masak, cuci piring saja tidak tahu..”

Dan yang lain mengiyakan sambil menganggukkan kepala. Saya yang dengar itu senyum-senyum saja. Untung saya bukan produk jaman sekarang, soalnya saya bisa kok cuci piring. :)

Di postingan om warm yang berjudul 14 tahun, bang enriqueza berpendapat bahwa tantangan orangtua sekarang memang lebih berat. Di jaman teknologi yang semakin mudah didapatkan, dan banyaknya kegiatan anak di luar rumah menimbulkan kekuatiran tersendiri. Apalagi ada kejadian yang menuduh facebook menyebabkan anak melarikan diri.

Saya belum menjadi orangtua, sehingga mungkin saya belum merasakan kekuatiran seperti itu. Saya teringat dengan obrolan bersama seorang tante saya mengenai pendidikan moral anak. Obrolan itu kira-kira sebelum saya menikah. Tante itu menasehati saya bahwa pendidkan moral bagi anak harus dilakukan sejak dini. Tante saya juga mengingatkan saya agar nantinya lebih memperhatikan anak-anak, walaupun masih bekerja. Kalau perlu, kata tante, berhenti saja bekerja demi anak.

Seringkali orangtua tanpa sadar memberikan tanggung jawab kepada pihak ketiga untuk memberikan pendidikan moral bagi anak, seperti sekolah atau rumah ibadah. Tante saya mengambil contoh misalnya di agama kami, anak-anak biasanya harus ikut Sekolah Minggu setiap hari Minggu, sementara orangtuanya beribadah dalam gereja. Beberapa orang tua menganggap pelajaran dan binaan moral di Sekolah Minggu sudah cukup. Apalagi di sekolah diajar juga budi pekerti, pendidikan moral dan kewarganegaraan.

Berapa lama sih anak belajar di Sekolah Minggu? Efektifnya paling lama 1 jam. Lebih dari itu, anak-anak sudah bosan dan tidak memperhatikan lagi. Bandingkan dengan 7 X 24 jam waktu anak sampai datang lagi di Sekolah Minggu. Sangat tidak sebanding. Pelajaran budi pekerti atau pendidikan kewarganegaraan juga kurang lebih sama lah bandingannya. Belum lagi kalau si anak di dalam Sekolah Minggu hanya bermain-main dengan temannya. Se-perhatian perhatiannya si anak sama gurunya, yang dia terima hanyalah teori yang bisa saja dilupakan begitu keluar dari gedung gereja.

Waktu anak sebenarnya paling banyak di rumah. Contoh panutan yang pertama dilihatnya juga di rumah, yaitu orang tua mereka. Bagaimana orangtua saling menghormati satu sama lain, tidak marah apalagi saling membentak apalagi di depan anak-anak, tenggang rasa dengan tetangga, dan sebagainya. Biasakan juga menyediakan waktu khusus untuk beribadah bersama di rumah (misalnya berdoa atau sholat bersama), makan bersama di meja makan, membacakan cerita dari kitab suci sebelum tidur (daripada membacakan dongeng-dongeng mimpi ala Cinderella yang mencari prince chraming). Bahkan kalau perlu, pantaulah apa yang dilihat/ditonton atau dibaca oleh anak. Sedapat mungkin dampingilah si anak.

Nasihat dari tante saya itu saya iyakan. Bukan karena sekedar iya saja, tapi karena saya sendiri sudah merasakan manfaat dari apa yang tante saya katakan itu. Sejak kecil, begitulah yang terjadi di dalam rumah kami. Dan hasilnya, walaupun kami (anak-anak) ada yang merantau jauh dari orang tua, orang tua tidak lagi cemas karena bekal kami sudah cukup.

Saya tidak munafik, saya terkadang ingin mencoba dan mencari tahu apa yang pernah dilarang oleh orang tua saya. Saya pernah nonton film porno, saya juga pernah membaca buku cerita stensilan. Saya pernah ingin kabur dari rumah karena dimarahi. Saya ikut di hampir di semua jejaring sosial yang lagi tren. Saya berusaha mengikuti perkembangan teknologi dan gadget-gadget terkini. Tapi saya tahu batasan mana yang tidak boleh saya langgar. Bukan karena takut pada orang tua, tetapi karena ada Dia Yang Tak Terlihat yang selalu mengawasi saya. Dia yang sudah begitu baik dalam kehidupan saya yang tidak mungkin saya khianati.

Jadi, tidak usah takut sama jaman sekarang. Perubahan selalu ada. Jaman akan datang mungkin lebih menyeramkan daripada sekarang. Tetap dampingi anak-anakmu.

0 komentar: