CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS

Senin, 29 November 2010

Di Resta Naikkan Posisi Tawar


Di Resta (Getty/Malcolm Griffiths)
<a href='http://openx.detik.com/delivery/ck.php?n=a7a26f14&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img src='http://openx.detik.com/delivery/avw.php?zoneid=52&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&amp;n=a7a26f14' border='0' alt='' /></a>
Shanghai - Satu tempat di Force India tahun depan masih jadi rebutan. Nico Hulkenberg terus merapat untuk mendapatkannya, tapi Paul di Resta juga punya posisi tawar yang lumayan.

Adrian Sutil, satu dari dua pembalap Force India tahun ini, tampaknya akan dipertahankan usai rumor ia akan bergabung dengan Renault surut. Posisi yang belum aman adalah milik Vitantonio Liuzzi.

Hulkenberg, yang meski tampil oke tetapi kemungkinan besar tidak akan bertahan di Williams, menjadi salah satu kandidat suksesor Liuzzi. Tapi Hulkenberg tidak akan mudah mendapatkannya karena ada nama Di Resta, pembalap yang tahun ini menjadi test driver Force India.

Apalagi, pada hari Minggu (28/11/2010), Di Rsta baru saja menobatkan diri sebagai juara kompetisi touring car, DTM Jerman, di Shanghai, China. Sukses itu tentu saja menaikkan posisi tawar pembalap Skotlandia itu.

"Saya sangat berharap bisa mendapat satu kursi tahun depan karena saya ingin sekali melajutkan kerja sama dengan mereka (Force India)," kata Di Resta seperti yang dikutip Auto123 Racing.

Di balap DTM, Di Resta memperkuat tim HWA yang disokong penuh oleh Mercedes. Kedekatannya dengan Mercedes bisa jadi senjata Di Resta karena pabrikan mobil Jerman itu adalah penyuplai mesin buat Force India tahun ini.

"Mimpi saya adalah jadi juara dunia Formula 1, target itulah yang ingin saya centang di buku (karir) saya. Saya terus berdoa agar hal itu terjadi," harap pembalap 24 tahun itu.

Pas Band Reunian di Java Rockin' Land 2010


Pas (Yulia/detikhot)
<a href='http://openx.detik.com/delivery/ck.php?n=a014c3bc&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img src='http://openx.detik.com/delivery/avw.php?zoneid=215&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&amp;n=a014c3bc' border='0' alt='' /></a>
Jakarta - Band rock asal Bandung, Pas Band, ikut ramaikan Java Rockin' Land 2010 di Ancol, Jakarta Utara, Jumat (8/10/2010) malam. Di penampilannya kali ini, band yang memulai karir sejak 1990 itu, reunian dengan mantan drummernya, Richard Muttler.

Malam itu merupakan penampilan perdana Richard bersama Pas Band setelah keluar pada 1998 silam. Awalnya formasi Pas Band adalah Yukie (vokal), Trisno (bass), Bengbeng (gitar) dan Richard Muttler (drum). Saat itu mereka menelurkan 4 album yaitu 'Four Through The Sap' (1993), 'In (No) Sensation' (1995), 'IndieVduality' (1997) dan 'Psycho I.D' (1998). Setelah Richard hengkang, posisinya digantikan Sandy Andarusman.

"Malam ini luar biasa, dan karena itu kita ingin memberi sesuatu yang spesial. Kita akan berkolaborasi dengan orang yang ikut membesarkan Pas Band, Richard Muttler," ujar Sandy, drummer Pas Band sambil memeluk Richard di atas panggung.

Selain temu kangen dengan mantan drummer, Pas Band juga berkolaborasi dengan Melanie Subono. Mereka membawakan lagu 'Yesterday' yang dipopulerkan grup legendaris dunia, The Beatles dan lagu 'Kesepian Kita'. Penampilan band yang telah 20 tahun berkibar di belantika musik Indonesia itu terlihat lebih nge-rock saat berkolaborasi dengan Melanie.

Dalam penampilannya kali ini, Pas Band juga membawakan tembang lawasa seperti 'Impresi', 'Jengah' dan 'Bocah'. Serasa terlarut dalam nuansa 90-an, penonton tidak ada hentinya bernyanyi bersama sang vokalis, Yukie.

Sebelum menutup penampilan mereka, Sandy dan Richard menunjukkan kebolehan mereka dalam menabuh drum. Suasana pun terasa merinding dengan diringi sorak sorai penonton. Lagu 'Jengah' menutup penampilan Pas Band malam itu. Kelima personel Pas Band membungkukkan badan dan berpamitan.

"Pas akan segera membuat album baru dan Richard ikutan jadi drummer," canda Sandy dan Richard pun memeluk sahabatnya itu dengan hangat.

Log Zhelebour Gelar Konser Rock 3 Dekade di Bandung



(ist)
<a href='http://openx.detik.com/delivery/ck.php?n=a014c3bc&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img src='http://openx.detik.com/delivery/avw.php?zoneid=215&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&amp;n=a014c3bc' border='0' alt='' /></a>
Jakarta - Lama tidak terlibat bos promotor Log Zhelebour kini kembali mengguncang dunia musik rock. Ia akan menggelar konser rock tiga dekade di Bandung.

Rencananya konser bertajuk '3rd Decade Concert LOG for ROCK' itu akan digelar 4 Desember 2010 di Lapangan Brigif 15 Cimahi, Bandung. Puluhan band rock lawas dan baru pun bergabung di satu acara.

"Bagi saya konser 3 dekade ini sebagai proses pemanasan saja. Saya mencoba untuk menggebrak genre rock kembali," ujar Log ditemui di Hard Rock Cafe, Plaza EX, Jakarta Pusat, Senin (29/11/2010).

Selama tiga tahun Log tidak terdengar menggarap konser atau melakukan pergerakan. Bos Logiss Group itu membantah dirinya bangkrut. Selama ini Log berada di Surabaya untuk konsentrasi menghabiskan waktu bersama keluarganya.

Log mengaku masih akan konsisten memajukan musik rock selama ia masih bisa. Ia pun tidak khawatir sama sekali musik rock tidak diminati masyarakat.

Konser tersebut akan dimeriahkan Jamrud, Edane, Kobe, Pas, Superkid Jelly & Ikmal Tobing, Deddy Dores, Roy Jeconiah Project, John Paul Ivan feat Krisna Sucker Head, Robbi Matulandi, Mel Shandy, Mujizat, Sahara, Rudal, Workstation, Banhasir Kaisar (Kerangka Langit). Harga tiket masuk bisa langsung dibeli di tempat konser Rp 10 ribu saja!
(yla/ebi)

Dua Pengusaha Kedapatan Bawa Sabu Diringkus

Sumenep - Upaya Polres Sumenep, Madura menekan peredaran sabu-sabu membuahkan hasil. Dua pengusaha kedapatan memiliki barang haram berhasil diringkus. Mereka yakni Kadarisman (40) warga Jalan Trunojoyo, Bangselok dan Didik Wahyudi (40) warga Jalan Wahid Hasyim, Desa Kolor, Sumenep.

Terungkapnya dua pelaku tersebut berawal dari informasi masyarakat. Satreskoba Polres setempat langsung melakukan pengejaran ke daerah Asta Tinggi, Kebonagung.

Ternyata benar, tersangka Kadarisman yang sehari-harinya sebagai kontraktor sedang memegang bungkus rokok kosong. Melihat ada polisi, langsung membuang bungkus rokok tersebut dan berusaha lari. Polisi melakukan pengejaran dan sempat kucing-kucingan.

Setelah tertangkap dilakukan penggeledahan. Dan benar dari bungkus rokok kosong yang dibuang terdapat barang bukti sabu-sabu seberat 0,2 gram. Dan uang sebesar Rp 30ribu yang diduga fee penjualan.

Dari pengakuan tersangka Kadarisman ini terungkap pula jika barang haram itu didapat dari tersangka Didik Wahyudi. Gerak cepat satreskoba ini, berhasil menangkap pelaku di rumahnya dan sejumlah barang bukti berupa 11 potongan sedotan dan 4 bungkus plastik kecil yang diduga masih ada sisa sabu-sabu.

Kasat Reskoba Polres Sumenep, AKP M Haqqul Musliminanl M mengatakan, satu pelaku diantaranya merupakan residivis dalam kasus serupa. "Saat ini, kedua pelaku masih diperiksa intensif dalam upaya mengembangkan kasusnya," tegas Haqqul pada wartawan di ruang kerjanya, Jalan Urip Sumoharjo, Sumenep, Sabtu (27/11/2010).

Tersangka dijerat Pasal 114 ayat (1) sub 112 ayat (1), UU No 35/2009 tentang
narkotika. "Ancaman hukumannya minimal 4 tahun penjara," pungkasnya.

Dua Pelajar MAN Kepergok Hisap Sabu-sabu

Mojokerto - Dua pelajar Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kabupaten Mojokerto, ditangkap Satnarkoba Polres Mojokerto. Keduanya ditangkap setelah kerpergok menghisap lintingan ganja di pinggiran jalan di Lingkungan Kuwung, Kelurahan Meri, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto, Senin, (29/11/2010).

Keduanya masing-masing, SAJ (28) siswa kelas 3 asal Dusun/Desa Pelabuhan, Kecamatan Jetis dan AR (17) siswa kelas 2 asal Dusun Blimbingsari, Desa/Kecamatan Sooko.

Informasi yang berhasil dihimpun detiksurabaya.com, penangkapan itu berawal saat petugas memperoleh informasi dari masyarakat tentang kedua tersangka yang sedang asyik menghisap ganja.

Petugas yang merespon laporan tersebut, segera datang ke TKP dan mendapati keduanya sedang dalam kondisi setengah teler. Tanpa banyak bicara, kedua tersangka langsung ditangkap dan digelandang ke Mapolresta Mojokerto.

Selain tersangka, petugas juga mengamankan barang bukti berupa sisa ganja kering sebanyak 1,5 gram dan dua buah handphone milik kedua tersangka. Kini, beserta barang bukti tersebut keduanya diamankan dalam tahanan Polresta Mojokerto.

Kasubag Humas Polresta Mojokerto AKP Sriyono saat dikonfirmasi penangkapan tersebut membenarkan. "Keduanya kini masih diamankan dan menjalani pemeriksaan intensif," pungkasnya.

Rabu, 24 November 2010

Francesco Totti (lahir di Roma, Italia, 27 September 1976; umur 34 tahun) merupakan pemain sepak bola berkebangsaan Italia yang saat ini membela tim AS Roma. Bertinggi badan 180 cm. Saat ini telah mengundurkan diri dari timnas Italia. Namun tidak menutup kemungkinan kembali ke timnas Italia apabila pelatih tim nasional memanggilnya. Menikah dengan Ilary blasi dan telah dikaruniai 2 anak yang bernama Cristian dan Chanel.

Totti pernah mendapatkan sepatu emas pada musim 2006/2007 dengan mencetak 26 gol di Serie A. Totti merupakan pemain Italia kedua yang mendapatkannya setelah Luca Toni pada musim sebelumnya. Totti melakukan debutnya bersama Roma pada 1993 dan saat ini digaji 5,8 juta euro per musim.

GELAR

Gelar Klub

Gelar Negara

Gelar Pribadi

Menghapus Virus tanpa Antivirus

Pernahkah anda kehiangan file/dokumen penting anda dari folder atau flashdisk anda?, padahal anda yakin bahwa anda tidak pernah menghapusnya?.

ya, sering kali file/dokumen kita hilang dari folder atau flashdiks, tetapi sesungguhnya dokumen2 tersebut tidak hilang ataupun terhapus, melainkan disembunyikan oleh virus. Virus membuat duplikat dokumen-dokumen tersebut dengan ekstensi .exe, dengan kata lain, virus membuat dokumen tiruan. dan apabila kita membuka dokumen tiruan tersebut, maka virus akan bekerja dan menginfeksi komputer anda.

ada cara yang lebih cepat dan mudah untuk menghilangkan virus dan mengembalikan dokumen yang telah disebumbunyikan oleh virus tersbut, tanpa menggunakan antivrus ataupun program semacamnya. anda tinggal membuka jendela command promt saja dengan cara

  • klik start>all Program>accesoris>command promt
  • atau dengan menekan window+R pada keyboard, lalu ketikan cmd dan tekan enter.
  • setelah muncul jendela command prompt, ketikan nama drive dimana file atau folder anda tersimpan. misal untuk flashdisk berada di drive I maka ketikan I:, lalu tekan enter.
  • ketikan attrib -s -h -r /s /d dan tekan enter.
  • tunggu sejenak sampai proses selesai, lalu ketikan exit > enter.
  • Misal
misal

D: = adalah nama drive

lalu buka kembali drive dimana folder/file/flashdisk anda berada, lihat isinya, dokumen yang hilang tadi telah kembali, lalu adakah file dokumen (word/rtf/powerpoint etc.) yang ekstensinya .exe (application), jika ia bisa dipastikan itu virus, maka hapuslah secara manual.

lalu jika terdapat ikon folder tetapi dengan esktensi .exe (application), juga dipastikan bahwa itu juga virus.

dan jangan lupa folder recylce bin (tong sampah) juga dikosongkan.

MUDAH2AN DAPAT MEMBANTU.

Lho, klo ada cara yang lebih mudah seperti ini, apa gunanya dong antivirus hehe?..

Antivirus itu perlu, gunanya untuk mencegah virus menginfeksi komputer kita, jadi fungsi utamanya bukan untuk menghilangkan virus, bukankan mencegah lebih baik daripada mengobati. Untuk itu saya sarankan anda untuk tetap menggunakan antivirus yang sesuai dengan kebutuhan anda tentunya.

Jenis-Jenis Karangan

JENIS KARANGAN

1. NARASI:

Secara sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur. Narasi dapat berisi fakta atau fiksi. Contoh narasi yang berisi fakta: biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman. Contoh narasi yang berupa fiksi: novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam.

Pola narasi secara sederhana: awal – tengah – akhir Awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh. Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca. Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik. Konflik lalu diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konfik timbul dan mencapai klimaks, secara berangsur-angsur cerita akan mereda. Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam. Ada yang menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri.

Contoh narasi berisi fakta:

Ir. Soekarno

Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia pertama adalah seorang nasionalis. Ia memimpin PNI pada tahun 1928. Soekarno menghabiskan waktunya di penjara dan di tempat pengasingan karena keberaniannya menentang penjajah. Soekarno mengucapkan pidato tentang dasar-dasar Indonesia merdeka yang dinamakan Pancasila pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945. Soekarno bersama Mohammad Hatta sebagai wakil bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Ia ditangkap Belanda dan diasingkan ke Bengkulu pada tahun 1948. Soekarno dikembalikan ke Yogya dan dipulihkan kedudukannya sebagai Presiden RI pada tahun 1949. Jiwa kepemimpinan dan perjuangannya tidak pernah pupus. Soekarno bersama pemimpin-pemimpin negara lainnya menjadi juru bicara bagi negara-negara nonblok pada Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955. Hampir seluruh perjalanan hidupnya dihabiskan untuk berbakti dan berjuang

Contoh narasi fiksi:

Aku tersenyum sambil mengayunkan langkah. Angin dingin yang menerpa, membuat tulang-tulang di sekujur tubuhku bergemeretak. Kumasukkan kedua telapak tangan ke dalam saku jaket, mencoba memerangi rasa dingin yang terasa begitu menyiksa. Wangi kayu cadar yang terbakar di perapian menyambutku ketika Eriza membukakan pintu. Wangi yang kelak akan kurindui ketika aku telah kembali ke tanah air. Tapi wajah ayu di hadapanku, akankah kurindui juga? Ada yang berdegup keras di dalam dada, namun kuusahakan untuk menepiskannya. Jangan, Bowo, sergah hati kecilku, jangan biarkan hatimu terbagi. Ingatlah Ratri, dia tengah menunggu kepulanganmu dengan segenap cintanya.

Langkah menyusun narasi (fiksi): Langkah menyusun narasi (fiksi) melalui proses kreatif, dimulai dengan mencari, menemukan, dan menggali ide. Cerita dirangkai dengan menggunakan “rumus” 5 W + 1 H. Di mana seting/ lokasi ceritanya, siapa pelaku ceritanya, apa yang akan diceritakan, kapan peristiwa-peristiwa berlangsung, mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi, dan bagaimana cerita itu dipaparkan.

2. DESKRIPSI

Karangan ini berisi gambaran mengenai suatu hal/ keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut.

Contoh deskripsi berisi fakta:

Hampir semua pelosok Mentawai indah. Di empat kecamatan masih terdapat hutan yang masih perawan. Hutan ini menyimpan ratusan jenis flora dan fauna. Hutan Mentawai juga menyimpan anggrek aneka jenis dan fauna yang hanya terdapat di Mentawai. Siamang kerdil, lutung Mentawai dan beruk Simakobu adalah contoh primata yang menarik untuk bahan penelitian dan objek wisata.

Contoh deskripsi berupa fiksi:

Salju tipis melapis rumput, putih berkilau diseling warna jingga; bayang matahari senja yang memantul. Angin awal musim dingin bertiup menggigilkan, mempermainkan daun-daun sisa musim gugur dan menderaikan bulu-bulu burung berwarna kuning kecoklatan yang sedang meloncat-loncat dari satu ranting ke ranting yang lain.

Topik yang tepat untuk deskripsi misalnya: Keindahan Bukit Kintamani Suasa pelaksanaan Promosi Kompetensi Siswa SMK Tingkat Nasional Keadaan ruang praktik Keadaan daerah yang dilanda bencana

Langkah menyusun deskripsi: Tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan Tentukan tujuan Tentukan aspek-aspek yang akan dideskripsikan dengan melakukan pengamatan Susunlah aspek-aspek tersebut ke dalam urutan yang baik, apakah urutan lokasi, urutan waktu, atau urutan menurut kepentingan Kembangkan kerangka menjadi deskripsi

3. EKSPOSISI:

Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik.

Contoh:

Pada dasarnya pekerjaan akuntan mencakup dua bidang pokok, yaitu akuntansi dan auditing. Dalam bidang akuntasi, pekerjan akuntan berupa pengolahan data untuk menghasilkan informasi keuangan, juga perencanaan sistem informasi akuntansi yang digunakan untuk menghasilkan informasi keuangan. Dalam bidang auditing pekerjaan akuntan berupa pemeriksaan laporan keuangan secara objektif untuk menilai kewajaran informasi yang tercantum dalam laporan tersebut.

Topik yang tepat untuk eksposisi, antara lain:

  • Manfaat kegiatan ekstrakurikuler
  • Peranan majalah dinding di sekolah -Sekolah kejuruan sebagai penghasil tenaga terampil.

Catatan: Tidak jarang eksposisi berisi uraian tentang langkah/ cara/ proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.

Contoh paparan proses:

Cara mencangkok tanaman:

  1. Siapkan pisau, tali rafia, tanah yang subur, dan sabut secukupnya.
  2. Pilihlah ranting yang tegak, kekar, dan sehat dengan diameter kira-kira 1,5 sampai 2 cm.
  3. Kulit ranting yang akan dicangkok dikerat dan dikelupas sampai bersih kira-kira sepanjang 10 cm.

Langkah menyusun eksposisi: Menentukan topik/ tema Menetapkan tujuan Mengumpulkan data dari berbagai sumber Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.

4. ARGUMENTASI:

Karangan ini bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/ fakta sebagai alasan/ bukti. Dalam argumentasi pengarang mengharapkan pembenaran pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan data, juga fakta atau alasan sebagai penyokong opini tersebut.

Contoh:

Jiwa kepahlawanan harus senantiasa dipupuk dan dikembangkan karena dengan jiwa kepahlawanan. Pembangunan di negara kita dapat berjalan dengan sukses. Jiwa kepahlawanan akan berkembang menjadi nilai-nilai dan sifat kepribadian yang luhur, berjiwa besar, bertanggung jawab, berdedikasi, loyal, tangguh, dan cinta terhadap sesama. Semua sifat ini sangat dibutuhkan untuk mendukung pembangunan di berbagai bidang.

Tema/ topik yang tepat untuk argumentasi, misalnya: Disiplin kunci sukses berwirausaha, Teknologi komunikasi harus segera dikuasai, Sekolah Menengah Kejuruan sebagai aset bangsa yang potensial.

Langkah menyusun argumentasi : Menentukan topik/ tema Menetapkan tujuan Mengumpulkan data dari berbagai sumber Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih Mengembangkan kerangka menjadi karangan argumentasi

5. PERSUASI:

Karangan ini bertujuan mempengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu. Dalam persuasi pengarang mengharapkan adanya sikap motorik berupa motorik berupa perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis dalam karangannya.

Contoh persuasi:

Salah satu penyakit yang perlu kita waspadai di musim hujan ini adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Untuk mencegah ISPA, kita perlu mengonsumsi makanan yang bergizi, minum vitamin dan antioksidan. Selain itu, kita perlu istirahat yang cukup, tidak merokok, dan rutin berolah raga.

Topik/ tema yang tepat untuk persuasi, misalnya: Katakan tidak pada NARKOBA, Hemat energi demi generasi mendatang, Hutan sahabat kita, Hidup sehat tanpa rokok, Membaca memperluas cakrawala.

Langkah menyusun persuasi:

  1. Menentukan topik/ tema
  2. Merumuskan tujuan
  3. Mengumpulkan data dari berbagai sumber
  4. Menyusun kerangka karangan
  5. Mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan persuasi

Tips Menjaga Kesehatan Jantung

Semua orang pasti setuju bahwa jantung adalah organ yang sangat penting pada tubuh kita.
Ingin memiliki jantung yang sehat dengan cara alami? Anda cukup melakukan empat langkah mudah untuk mendapatkan jantung yang sehat.
1.Pelajari CPR (Cardiopulmonary resuscitation)
2.Batasi alkohol
3.Berjalan santai
4.Kurangi makanan berlemak

Tak hanya itu olahraga juga punya peranan penting untuk menjaga kesehatan jantung. Sayangnya, masih banyak yang tak tergerak meluangkan waktu untuk melakukannya. Padahal cuma butuh waktu 30 menit saja.
Menurut dokter jantung dr. Aulia Sani, Sp.JP dari Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta, olahraga jelas sangat perlu dan dibutuhkan oleh semua orang, apalagi mereka yang ingin jantung dan tubuhnya sehat. Tanpa kecuali dan tanpa pandang bulu.Jenis olahraga yang dianjurkan, bukan jenis olahraga prestasi atau yang sifatnya kompetisi, seperti bulutangkis atau tenis lapangan. Olahraga yang sifatnya kompetisi itu bukan aerobik. Walaupun olahraganya juga memacu kerja jantung, tapi secara tidak beraturan.Karena jenis olahraga-olahraga itu masuk kategori olahraga aerobik yang memacu kerja jantung secara bertahap. Pengertian olahraga aerobik sendiri memang olahraga yang memacu jantung untuk mengambil oksigen sebanyak-banyaknya, guna memenuhi kebutuhan oksigen ke seluruh tubuh.
tak hanya itu para peneliti baru-baru ini mengumumkan bahwa bawang putih segar bisa melindungi jantung.karena membiasakan konsumsi bawang putih segar bisa menghindarkan Anda dari kunjungan dokter akibat kena penyakit jantung.

Untuk itu mulailah jaga jantung anda.mulai dari hal terkecil seperti olahraga dan mengkonsumsi makanan sehat.karena sesuatu yang besar bermula dari sesuatu yang kecil.

Tampilan Baru Kawasaki Ninja 250R

Oleh : yoga / 23-Nov-2010 11:52:21

Disela ajang EICMA 2010 lalu terlihat sosok Kawasaki Ninja 250R edisi terbaru.

Berbalut kombinasi kelir putih dengan aksen hitam, memang seakan tidak ada perubahan yang menonjol pada generasi baru Ninja 250R ini.

Mulai dari bagian depan, winshield, headlamp, fairing, bentuk jok, buritan, hingga desain knalpot semuanya mirip dengan Ninja 250R terdahulu.

Tidak ada informasi yang menyebutkan berapa banderol yang dipatok Kawasaki untuk Ninja 250R baru ini. Namun Autoevolution menyebutkan motor sport tersebut akan tersedia untuk pasar di Amerika Serikat dan Kanada.

Bertemu Wakil Rakyat Sedang Kunker di Luar Negeri


Jakarta - Ketika negara ditimpa musibah lagi sementara ada sejumlah wakil rakyat nekad pergi studi banding atau kunjunan kerja (kunker) ke luar negeri maka tak ayal lagi ini tentu memancing kritik dan diskusi. Penulis jadi ingat dengan sekitar tiga atau empat kali pengalaman ketika berjumpa dengan wakil rakyat di luar negeri yang katanya sedang melakukan comparative study atau pun kunker. Dengan tidak bermaksud untuk "menggebyah-uyah" (menyamaratakan) pengalaman ini rasanya layak sebagai itibar atau perbandingan. Sebagai gambaran riil apa yang sempat penulis lihat dan temui sendiri.

Pengalaman pertama terjadi sudah agak lama. Ketika penulis masih studi di Australia. Tepatnya sekitar 1993-an. Hari itu Ahad pagi. Penulis memang sedang berlibur dengan keluarga mengunjungi Gedung Parlemen yang memang lazim dikunjungi turis bila datang ke Canberra.

Pertemuan itu terjadi tidak sengaja di sebuah toko cendera mata. Tidak jauh dari Gedung Perlemen itu. Rombongan yang datang itu adalah anggota DPRD DIY. Sebagai orang Yogya tentu terjadi tegur sapa antara penulis dengan beberapa orang anggota delegasi.

Dua hal 'lucu' yang penulis rasakan atau lihat adalah adalah pertama, mengapa mereka mengunjungi gedung itu di hari libur. Dapat diduga bahwa sebenarnya mereka tidak sedang studi banding tetapi hanya berlibur dan berkeliling.

Kedua, ketika di toko cenderamata itu terdengar salah seorang dari mereka meminta tolong (kalau tidak salah kepada tour guide yang juga orang Indonesia) agar sang tour guide bersedia membantu 'menawar' barang yang akan dibeli oleh sang wakil rakyat. Ini jelas pertanda bahwa yang bersangkutan tidak bisa berbahasa Inggris! Sehingga, tidak tahu, apa yang akan dipelajarinya di negeri itu, ketika untuk berkomunikasi secara sederhanapun dia tidak mampu.

Pengalaman kedua adalah ketika penulis bertemu dengan rombongan anggota DPRD Kutai Kartenegara di Amsterdam Belanda tahun 2005. Persisnya penulis sedang berada di halaman Museum Patung Lilin Madame Tussauds. Ada rombongan sedang berfoto-ria dan berbicara dalam Bahasa Indonesia.

Penulis pun langsung mencoba berkomunikasi. Sekali lagi mereka mengaku sedang melakukan studi banding. Tidak tanggung-tanggung. Mereka mengunjungi 9 negara. Kalau tidak salah memakan masa sekitar dua bulan! Ketika itu bahkan bulan Ramadhan dan hari kerja. Bukan hari libur!

Pengalaman ketiga adalah ketika penulis mendapat undangan dari KBRI Kuala Lumpur. Untuk menghadiri pertemuan dengan Pansus. Kalau tidak salah sedang menginvestigasi kasus ekses pemilu 2009. Khususnya berkaitan dengan kacaunya Daftar Pemilih Tetap (DPT).

Ketika itu rombongan DPR beranggotakan 12 orang mewakili beberapa partai ditambah dengan 3 orang staff. Karena sedang bulan puasa pertemuan berlangsung sore hari sekitar 1-2 jam sebelum buka puasa.

Apa yang menggelikan dari pertemuan ini adalah pertama, jumlah anggota yang datang yang cukup besar, 12 orang. Hemat penulis, untuk hal seperti itu cukup diwakili maksimal 2 orang saja, dan tidak perlu membawa staff. Kedua, reaksi mereka terhadap komentar masyarakat.

Dari awal mereka katakan bahwa tujuan kedatangannya untuk adalah mencari data dan fakta serta kemungkinan usulan perbaikan atas masalah yang sama. Agar tidak berulang di kemudian hari. Ketika audien mulai memberikan pandangan para anggota DPR tersebut 'berebut' meminta jatah bicara untuk memberikan tanggapan sehingga waktu yang sudah demikian singkat habis tidak karuan di antara audien ada yang terpaksa melakukan interupsi mempertanyakan: "apakah setiap masukan kami harus ditanggapi oleh seluruh anggota yang hadir"

Singkat cerita --menurut hemat penulis, kunjungan dan pertemuan itu tidak membawa hasil apa pun. Sementara biaya yang harus dikeluarkan tentunya luar biasa mahal. Terbukti memang tidak terdengar apa pun sampai sekarang apa yang mereka hasilkan?

Pengalaman keempat memang penulis tidak bertemu langsung. Kejadiannya di New York pada bulan April 2009 yang lalu. Ketika itu ada rencana salah seorang kolega penulis yang bekerja di Konjen New York berjanji akan menjemput penulis di Penn [Central] Station New York. Tetapi, tiba-tiba saja kolega tersebut mengirim SMS minta maaf karena mendapat tugas 'mendadak' melayani kunjungan (kalau tidak salah) 18 orang anggota DPR pusat.

Dia akhirnya mengirim bawahannya untuk bertemu penulis. Nah, ketika penulis tanyakan kepada kawan pengganti yang akhirnya menemui penulis tentang apa sasaran kunjungan para wakil rakyat itu, mengapa terkesan mendadak, dan sejumlah pertanyaan lain, sang kawan, memang tidak bisa menjelaskan sama sekali. Yang ada hanyalah senyum penuh arti?

Sesungguhnya ada sejumlah pengalaman lain yang berkaitan dengan kunjungan kerja ke luar negeri yang penulis lihat sendiri. Termasuk oleh kalangan kampus. Namun, sulit rasanya membuang kesan bahwa studi komparatif, kunker, atau apa pun namanya, tidak lain dan tidak bukan adalah proyek yang diada-adakan untuk sekedar melegalkan kesempatan mereka berlibur secara gratis ke luar negeri.

Konon --menurut cerita seorang kolega penulis di sebuah kementerian, uang saku untuk kunker ke luar negeri untuk seorang PNS adalah adalah Rp 2,500,000 per hari. Ini tentu saja di luar biaya transpor, akomodasi, dan lain-lain biaya lainnya. Dapat diperkirakan tentunya berapa banyak dana habis untuk sebuah kunjungan ke luar negeri.

Kesan buruk di atas diperkuat oleh beberapa indikator berikut:
(a) tidak terlihat tujuan yang jelas, apalagi terukur untuk kegiatan itu;
(b) jumlah peserta yang sama sekali tidak seimbbang dengan tujuan yang akan dicapai. Dengan tujuan yang sangat sederhana sebuah rombongan bisa mencapai belasan, atau malah puluhan orang, kadang-kadang;
(c) sangat rendahnya kemampuan komunikasi, khususnya bahasa Inggris, membuat kita selalu bertanya: apa sebenarnya yang mau dicapai oleh kegiatan itu?
(d) sangat jarang untuk tidak mengatakan tidak pernah, terlihat hasil nyata, yang kemudian dapat diketahui oleh publik secara transparan.

Atas dasar ini rasanya memang sudah saatnya kegiatan semacam ini dilarang sama sekali. Atau setidaknya lebih terkendali dan terukur sehingga dapat dibandingkan cost dan benefitnya. Bila tidak inilah salah bentuk penyalahgunaan wewenang yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Sementara rakyat masih sangat miskin, musibah datang silih berganti, namun ada pemubaziran dana luar biasa, oleh mereka yang sedang berkuasa. Aneh, tetapi nyata. Wallahu alam bisshowab.

Peta Persaingan Perbankan Indonesia


Jakarta - Peta persaingan perbankan di tanah air baik perbankan konvensional dan syariah sangat intense dan ketat. Ini terlihat jelas dengan masuknya beberapa bank-bank
asing ke Indonesia. Salah satunya bank asing konvensional dari Singapura dan Malaysia seperti Temasek Holding dengan 68% Kepemilikan saham di Bank Danamon, OCBC Bank dengan kepemilikan saham sebesar 70% di Bank NISP, CIMB Niaga dengan komposisi kepemilikan saham 60% Khazanah Nasional Bhd dan 20% CIMB Bank.

Tidak hanya itu. Bank asing seperti ANZ (Australia), Standard Chartered Bank, HSBC, Barclays yang berasal dari Inggris, Rabobank (Belanda), Texas Pacific dan Mercy Corp (Amerika), ICBC (China), State Bank of India (India), Tokyo Mitsubishi (Jepang) dan IFC (Korea Selatan) adalah beberapa bank asing dengan kepemilikan saham terbesar di beberapa perbankan Nasional.

Tidak Ketinggalan juga industri perbankan syariah di tanah air akan kedatangan pesaing dari Timur Tengah. Seperti Kuwait Finance House (KFH) salah satu Islamic Bank terbesar di Kuwait. Tidak hanya KFH saja yang berminat tetapi menurut Deputi Direktur Direktorat Perbankan Syariah BI Mulya Siregar juga mengatakan ada dua investor Timur Tengah yaitu Albarkah dan Asian Finance Bank yang sangat tertarik untuk membeli bank lokal. "Mereka sudah datang ke kita dengan rencana mereka akan membeli bank lokal dan dikonversi ke syariah," ujar Mulya (www.detikfinance.com, 7 Desember 2009).

Dengan indikasi di atas persaingan industri perbankan pada tahun 2010 ini akan lebih
semarak. Dari laporan BI Juni 2008 jumlah pangsa pasar bank asing juga meningkat apabila dibandingkan pada tahun 1999. Untuk pangsa pasar aset sebesar 50% meningkat dari 11% di tahun 1999 yang dimiliki asing dari total aset perbankan nasional sekitar 45% pangsa pasar kredit dari total 20% di tahun 1999, dan 40% pangsa pasar dana pihak ketiga meningkat dari 11% di tahun 1999.

Ada beberapa hal yang membuat bank asing tersebut berminat untuk berinvestasi di Indonesia. salah satu contributing factor yang significant adalah tingginya Net Interest Margin (NIM) perbankan di Indonesia. Kalau di negara mereka bank asing tersebut hanya bisa mendapatkan NIM maksimal sebesar 2-3%. Tetapi, di Indonesia industri perbankan nasional bisa meraih NIM dengan rata-rata sebesar 6%.

Sebut saja beberapa bank plat merah terbesar di tanah air. Untuk bulan September 2009 Bank Rakyat Indonesia (BRI) sudah berhasil meraup NIM sebesar 9,1%, Bank Nasional Indonesia (BNI) 6,1%, dan Bank Mandiri (BMRI) 5,2%. Dan, beberapa bank-bank yang termasuk dalam bank 10 besar di Indonesia seperti Danamon 8,2%, Bank Central Asia (BCA) dengan NIM 6,6%, CIMB Niaga 6,6%, Citibank 6,6%, BII Maybank 5,8%, Permata 5,5%, dan Panin dengan perolehan NIM sebesar 4,7% (Laporan Keuangan Publikasi Bank dan Bank Indonesia, diolah).

Masuknya bank-bank asing ke Indonesia haruslah ditanggapi dengan serius oleh pihak regulator dalam hal ini Bank Indonesia dan juga industri perbankan nasional. Tentunya bank-bank asing tersebut sudah dapat dipastikan membawa sistem dan business strategy yang terbaik yang telah mereka implementasikan sekian lama di negara mereka. Oleh karena itu bank-bank nasional khususnya bank-bank pemerintah harus bisa bersaing lebih kompetitif lagi to win the competition in the industry.

Akan sangat tragis apabila 10 tahun mendatang kita melihat bahwa bank terbesar di negeri kita sendiri dimiliki oleh asing. Dengan demikian ada beberapa critcal notes yang penulis ingin sampaikan untuk memperkuat posisi perbankan nasional kita ke depan.

Pertama, Pemerintah dan BI harus secara progressive mengeluarkan regulasi yang supportive terhadap Bank-bank nasional agar bisa bersaing secara kompetitif dengan bank-bank asing. Hal ini telah di perhatikan oleh BI di mana salah satu regulasi dari BI adalah akan mewajibkan cabang bank asing yang beroperasi di Indonesia berubah menjadi badan hukum perseroan terbatas (PT) untuk memudahkan pengawasan dan pengaturan. Dengan demikian bank asing akan tunduk dengan ketentuan hukum perusahaan di Indonesia.

Langkah ini menjadi concern BI karena keberadaan bank asing yang beroperasi di tanah air kian banyak dan cukup kompleks. Di samping itu, pemerintah dan BI juga harus memperhatikan perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia agar regulasi mengenai tax insentif untuk perbankan syariah harus segera digodok agar mampu mendorong industri perbankan syariah meningkatkan kinerjanya.

Kedua, Perbankan Nasional khususnya bank plat merah harus mampu memberikan servis yang berkualitas kepada masyarakat. Kalau dulu bank-bank pemerintah terkenal dengan servisnya yang lambat, bertele-tele, tetapi sekarang penulis bangga. Perbankan nasional sudah mulai mereformasi kualitas servis yang diberikan kepada nasabah.

Kualitas servis yang baik sangat penting untuk meningkatkan kepuasan dan juga loyalitas customer. Hal ini sudah dicapai oleh Bank Mandiri dengan meraih "The Best Bank Service Excellence Award" pada tahun 2007 dan 2008.

Prestasi Bank Mandiri ini agar bisa dipertahankan ke depan dan menjadi lokomotif penggerak serta dapat memotivasi bank nasional lainnya untuk memberikan kualitas servis yang terbaik kepada nasabahnya. Apabila servis yang diberikan mengecewakan bank-bank nasional harus bersiap-siap nasabah mereka direbut oleh bank-bank asing lainnya yang sudah memiliki senjata pamungkas untuk menaikkan pangsa pasar mereka di Indonesia.

Ketiga, bank-bank nasional yang sudah listed di pasar saham harus meningkatkan kinerja keuangannya agar dapat meningkatkan nilai Kapitalisasi pasarnya (Maket
Capitalization). Semakin besar nilai Market Capitalization suatu perusahaan terbuka hal ini mununjukkan indikasi yang baik. Sebab, selain kinerja keuangan dan reputasi perusahaan tersebut di nilai outstanding market capitalization yang tinggi dapat menyulitkan pihak lain untuk membeli perusahaan tersebut.

Oleh karena itu bank-bank nasional harus mampu meningkatkan market capitalization mereka agar tidak mudah untuk dibeli asing karena dengan tingginya marke capitalization bank tersebut. Maka Price to book value (PBV) akan tinggi pula dengan kata lain lebih tinggi nilai market capitalization suatu bank. Lebih mahal harga bank tersebut untuk diakusisi atau di beli.

Dengan beberapa prestasi bank nasional yang membanggakan ini baik BUMN dan swasta seperti Bank Mandiri dan BCA yang market capitalization mereka sudah mencapai USD 10 miliar di tahun 2009 dan yang cukup membanggakan kedua bank nasional tersebut masuk ke dalam top bank kategori bank dengan market capitalization di atas USD 10 milliar sebagai Large Regional Players di Asia bersama dengan Hang Seng Bank (Hong Kong), KB Financial Group (Korsel), DBS bank, UOB Bank, dan OCBC bank yang ketiganya dimiliki oleh Singapura dan Maybank Malaysia (Sumber: Bloomberg).

Walaupun banyak dan kompleksnya pemain asing yang masuk dalam persaingan industri perbankan nasional dengan adanya regulasi yang supportive dari pemerintah dan BI perbankan nasional kita masih tetap bisa exist dan menunjukkan taringnya selama memberikan pelayanan yang berkualitas kepada nasabah. Selain itu tindakan kejahatan perusahaan harus dihapuskan dalam manajemen perbankan nasional. Seperti praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

Dan, hal yang perlu diperhatikan juga ialah untuk strategi ke depan. Bank-bank nasional tidak hanya harus fokus kepada peningkatan Net Interest Income saja. Tetapi, juga harus meningkatkan portfolio Fee Based Income-nya dan juga harus berani berinvestasi dan menyalurkan pembiayaan di high return businessess seperti salah satunya ke sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

Dengan demikian perbankan nasional dapat berperan dan berkontribusi meningkatkan perekonomian Indonesia khususnya sektor riil dalam rangka meningkatkan tarap hidup rakyat banyak yang sesuai dengan inti dan tujuan dari UU perbankan No 7 tahun 1992/ No 10 tahun 1998. Wallahualam bissawab.

Mempredikasi Krisis Ekonomi Indonesia 2014


Jakarta - Sejak tahun 1998/1999 Indonesia telah mengalami beberapa kali krisis ekonomi. Sepertinya akan terus bisa terulang. Apa pun alasannya, apapun bentuk komentar dan analisa yang dilontarkan pakar terhadap peristiwa krisis ekonomi, orang awam tak mau ambil pusing. Karena, yang lebih penting kenyataannya. Selalu masyarakat (terlebih masyarakat bawah) yang paling banyak menerima dampak merugikan dari peristiwa tersebut.

OECD (Organisation for Economic Cooperation Development) dan kelompok G 20 telah meminta Indonesia pada tahun 2014 menghapus subsidi bahan bakar (BBM) dan listrik. Untuk kemudian lebih berusaha meningkatkan pendapatan dan taraf hidup
masyarakat dan meningkatkan nilai sumber daya manusia dan mengurangi kemiskinan.

Kalau bisa diartikan tahun 2014 Indonesia sudah harus mencapai perekonomian yang stabil. Tapi, apakah mungkin terwujud? Tidak ada lagi perasaan kemahalan membeli bahan bakar, atau mahal dalam membayar listrik, membeli minyak goreng, dan lain-lain. Akankah rakyat saat itu terlepas dari masalah-masalah ekonomi yang selama ini rutin menimpanya?

Hanya empat tahun menuju tahun 2014. Mari melihat hari ini. Berat sekali untuk meyakinkan diri dengan begitu banyak persoalan hari ini. Dari hari ke hari makin banyak pihak asing masuk, berperan, mengelola aset, sumber daya alam, dan badan usaha negara. Tapi, sedikit keuntungan imbal balik bagi kita untuk bisa dapat mandiri dalam mengelola apa yang kita miliki.

Biaya kebutuhan hidup sangat mudah bergerak naik. Sering terjadinya pengendalian harga sepihak atau spekulan menjadikan harga komuditas kebutuhan hidup rakyat begitu mudah dipermainkan dan mencekik rakyat walau operasi pasar dilakukan. Ditambah lagi rentenir yang kian berperan merugikan pedagang. Harga prasarana untuk menggerakan usaha kecil atau menengah yang kian mahal. Seperti listrik, bahan bakar, dan lain-lain.

Masih ada satu hal lagi yang menghancurkan keyakinan untuk bisa mencapai yang diinginkan di tahun 2014. Yaitu kehidupan bernegara. Isinya banyak sekali pemborosan. Tak terkontrolnya perilaku penyelenggara negara (penguasa dan parlemen), adanya KKN, rekayasa ide-ide terkait kekuasaan, fasilitas para penyelenggara negara, ongkos yang mahal untuk menghasilkan perudangan atau peraturan, studi banding, pemekaran wilayah, pilkada dengan money politic-nya yang tidak sedikit memunculkan pertikaian, kekerasan fisik di masyarakat bahkan adu domba.

Tercapainya tujuan politik sebenarnya adalah untuk memecahkan persoalan-persoalan pengangguran, kemiskinan atau meningkatkan perekonomian, dan rendahnya taraf pendidikan. Namun, justru diputar balik dijadikan alat tumpangan kepentingan politik golongan tertentu. Karena, kuatnya godaan peluang berada di kekuasaan itu bisa memperkaya diri maupun korupsi.

Semua itu cenderung tidak memberikan dampak signifikan bagi perubahan nasib rakyat. Tapi, kesibukan amat lebih terasa sekali di sini daripada kesibukan menghasilkan solusi bagi meningkatkan taraf perekonomian bangsa, meningkatkan daya saing sumber daya manusia, dan daya saing bangsa di dunia internasional. Sangat mudah memprediksi atau karena sudah terlihat dari persoalan-persoalan hari ini dan kemarin.

Dengan memperhatikan uraian di atas tadi yang ditambah pula akan ada peristiwa pemilu di tahun 2014, yang berdasarkan pengalaman terdahulu jika mendekati momentum ini akan banyak terjadi gejolak dan intrik yang akan terlihat dampaknya, setelah pemilu selesai seperti contohnya yang terlihat adalah kasus Bank Century. Maka kekhawatiran akan peristiwa dan mimpi buruk krisis ekonomi di waktu yang lalu akan terulang lagi.

Sebenarnya banyak yang bisa dilakukan hari ini untuk mengantisipasi dan mencegah sesuatu hal buruk yang bisa terjadi di masa datang. Sebagai bangsa kita harus sadar terlebih dahulu kenyataan bahwa bangsa ini makin hari makin tergerus rasa percaya dirinya untuk bisa mandiri.

Kita harus berani menolak desakan OECD atau siapa pun tadi yang jelas merugikan kita. Tapi, kita juga harus siap jika keputusan itu diambil. Ini adalah hal yang klasik karena selalu membuat kita menyerah sebelum perang. Ya, karena kita tidak berani memulai memperbaiki diri dan meninggalkan hal-hal yang hanya membuang-buang waktu dan pemborosan karena telah terbelenggu konsep pencapaian-pencapaian atau kepentingan-kepentingan jangka pendek saja. Untuk kepentingan golongan tertentu saja, untuk pemenangan pemilu lima tahun ke depan saja, dst, dst.

Jurang antara si kaya dan si miskin kian lebar. Padahal, kita bisa mendapatkan solusi dari sini dengan berbagi. Beramal melalui rasa nasionalisme ingin memajukan bangsa ini. Si kaya lebih sadar untuk lebih banyak membantu si miskin. Lebih banyak menyumbangkan bagi pelatihan, pendidikan, dan modal usaha atau pun meringankan pinjaman bagi yang tidak mampu demi menggerakkan ekonomi dari bawah, merata, dan ke atas mencapai kemapanan.

Tidak melulu berpikir untuk pengembangan usaha si kaya saja. Atau bagi yang sudah dibantu setelah berhasil kemudian harus menjadi bagian dari kelompok usaha si kaya. Hal ini yang jika dibiarkan justru melahirkan monopoli.

Begitu banyak produk merek turunan dari luar negeri merajai pemasaran di negeri ini. Tapi, varian dari asli domestik. Harus dibuat kebijakan memberikan peluang bagi yang lemah atau usaha lokal menjadi varian. Agar produk yang sama hasil lokal, makin banyak bisa tampil ke permukaan dan dipakai. Penghormatan dan previlasi atas produk lokal atau daerah lebih ditingkatkan, ditunjang kebijakan.

Semisal suatu daerah bisa memproduksi sabun mandi dengan standar SNI yang sama dengan produk merek turunan dari luar negeri yang telah ada, mekanisme standar mutu hanya satu dan telah baku kita tak perlu ragu, maka varian produk hasil lokal itu diwajibkan dipakai di daerah tersebut.

Adanya kebebasan produk asing dengan standar yang sama di pasar domestik maka logikanya harus ada kebebasan juga bagi produk domestik untuk bergerak tumbuh atau dipakai. Kesadaran untuk selalu mau memakai dan memberi tempat bagi produk lokal lebih karena suatu kesadaran akan bisa memperkuat perekonomian domestik dan penghargaan karena kualitas yang sama atas produk.

Bukan karena kita beralasan membuat kebijakan memproteksi agar merek turunan asing tidak dipakai. Tapi, tujuannya untuk menciptakan "keseimbangan pasar". Hal mana yang sangat tidak dihormati dalam pasar bebas. Juga bukan semata karena merek turunan dari luar atau karena sekedar asing masuk sebagai pemegang saham ke dalam perusahaan produk lokal maka dianggap selalu terbaik. Atau bisa menjadi solusi bagi lebih banyak penyerapan lapangan kerja.

Hal ini tidak selalu benar. Justru kebijakan pembatasan diperlukan untuk eksisnya produk domestik dan penghargaan atas varian produk asli lokal tadi yang akan berdampak bagi pemerataan kesejahteraan dan perkuatan ekonomi domestik. Ciptakan, dukung dengan kebijakan, hargai, pakai, dan cintai yang kita buat sendiri.

Setiap negara punya hak untuk mensejahterakan rakyatnya. Sama seperti negara-negara maju di sana. Apa pun sistem pasar yang didengungkan. Kita juga punya hak untuk keberatan atas hal-hal yang kita anggap tidak sesuai dan tidak memajukan kehidupan kita. Karena, kondisi tiap negara pasti beberbeda.

Negara berkembang dan negara maju mempunyai aura dan tahapan proses terwujudnya kematangan perekonomian yang sangat berbeda satu sama lain. "Keseimbangan pasar" yang juga adalah hak asasi itu diperlukan oleh Indonesia untuk menghadapi pasar bebas. Mengapa ini tidak dijadikan alasan atau bahan negosiasi untuk menolak desakan organisasi-organisasi tadi.

Ini adalah hak asasi manusia. Organisasi dunia terbesar seperti PBB mengakui ini. Kita harus berani merumuskan ini dalam sikap politk luar negeri kita dan dalam tiap kongres perdagangan atau ekonomi dunia. Namun, sayangnya dalam setiap momentum internasional itu kita justru kedodoran. Tidak mampu merumuskan kepentingan ekonomi nasional yang harus diperjuangkan akibat lemahnya sumber daya manusia yang kompeten untuk itu. Juga untuk bisa bernegosiasi dan berdiplomasi. Kita selalu terseret mengikuti kemauan negara-negara maju yang mementingkan tujuannya sendiri.

Namun, semoga kita bisa mengambil yang terbaik di ajang internasional Summit Meeting G 20 di Korea Selatan. Tahun 2014 momentum politik akan diikuti momentum ekonomi yang telah bergerak dari hari ini. Jika keduanya tidak kunjung ada perbaikan maka benturan antara keduanya akan sangat merugikan stabilitas ekonomi dan yang paling berbahaya dampak terhadap stabilitas keamanan. Karena, paling sulit diprediksi bentuknya.

Sementara itu sangat diharapkan netralitas dan kemandirian TNI Polri karena melalui intelejen-nya dapat menyumbangkan solusi bahkan memberi aspek pencegahan akan terjadinya instabilitas keamanan. Belajar dari pengalaman setiap ajang program pilkada yang akan diadakan, melalui intelejen jauh-jauh hari, pemerintah telah menginfokan kepada publik antisipasi potensi terkait akan terjadinya instabilitas keamanan.

Artinya netralitas dan kemandirian TNI Polri akan memberi sumbangsih yang penting. Terlebih untuk masalah keamanan yang lebih besar atau nasional. Maka jangan pernah menuruti dan menanggapi lagi ide-ide untuk menarik TNI Polri ke ranah politik dalam perjalanan ke tahun 2014.

Mari menyambut tahun 2014 dengan berbekal pelajaran dari pengalaman dan kemauan kuat untuk introspeksi diri, dan memperbaiki diri. Terutama bagi pemimpin dan wakil rakyat. Jangan hanya berkreativitas untuk mengumpulkan dolar sebanyak-banyaknya. Atau sekedar demi meraih keuntungan jangka pendek atau pribadi di tahun 2014. Karena, penderitaan rakyat yang berakumulasi akan seperti sebuah bom waktu.

Percaya Tak Percaya Eden di Indonesia


Jakarta - Sudah baca buku Eden From the East? Bagaimana? Percayakah anda bahwa kita hidup di atas negeri Nabi Nuh? Dalam buku tersebut diceritakan bahwa Asia Tenggara, terutama Indonesia, merupakan kandidat terkuat sebagai tempat dari sisa-sisa benua Sundaland yang tenggelam oleh banjir besar berabad-abad lalu.

Sundaland, menurut tesis sejarah saat ini, dipercaya sebagai benua awal bumi yang kemudian ditenggelamkan oleh air bah sebagaimana diceritakan oleh kitab-kitab samawi. Namun demikian di mana lokasi tepatnya masih terus diperdebatkan.

Nah, di sinilah sang pengarang buku tersebut Stephen Oppenheimer berargumen. Untuk mendukung tesisnya ini Oppenheimer mencoba mengkaji cerita-cerita rakyat yang berkembang di berbagai daerah. Sehingga, ia pun akhirnya menemukan bahwa mitologi banjir besar ini paling banyak ditemukan di Indonesia.

Penerjemahan buku ini dalam edisi Indonesia juga disambut baik berbagai kalangan. Mantan Ketua MK Jimly Ashidiqie merupakan salah satu di antara yang menyatakan apresiasi dan dukungannya atas penerjemahan buku tersebut. Menurutnya buku ini turut memperkaya sumber-sumber literasi yang bisa meningkatkan moral anak Nusantara dalam pergaulan internasional. Terutama atas prasangka terhadap diri sebagai ras kelas dua bahkan kelas tiga (terpinggirkan -red).

Sebenarnya buku yang 'mencurigai' bahwa Indonesia sebagai pusat peradaban manusia di masa lalu bukan baru kali ini saja diterbitkan. Sebelumnya sebuah buku berjudul "The Lost Continent Finally Found" karangan Arysio Nunes do Santos mengindikasikan bahwa Atlantis, sebuah pulau berperadaban tinggi yang digambarkan oleh Plato juga berada di sekitaran negeri ini.

Ala kulli hal, semua orang bisa saja berpendapat. Namun, tetap saja baik Sundaland maupun Atlantis di Nusantara masih sulit untuk dibuktikan secara pasti. Sehingga, kedua tesis ini tetaplah akan menjadi tesis ilmiah yang sifatnya kontroversial.

Meski kontroversial tesis Oppenheimer ini cukup memberi kesan tersendiri bagi penulis. Bahkan, hal ini mengundang kita untuk bermain opini di dalamnya.

Sebagaimana diketahui Nabi Nuh memiliki keistimewaan dalam sejarah hidupnya. Diceritakan dalam Al Quran bahwa ia adalah seorang nabi dengan usia yang mendekati satu milenium. Namun, ironisnya ia dikelilingi oleh masyarakat yang amat sangat begajulan.

Beberapa sumber menyebut bahwa dalam umur Nabi Nuh yang selama itu hanya sekitar 40 keluarga yang mau mengikuti jalannya. Mereka pulalah yang kemudian berhasil diselamatkan dari banjir dahsyat saat itu. Yang Kemudian dari sini manusia diduga mulai menyebar keberbagai penjuru bumi yang kemudian membentuk ras-ras dan bangsa-bangsa tertentu di kemudian hari.

Berbicara tentang kaum Nabi Nuh yang sangat sulit diubah mengingatkan akan cerita penggagas peraih nobel perdamaian asal Bangladesh Muhammad Yunus. Dalam bukunya yang berjudul "Bank Kaum Miskin" (edisi Indonesia) ia menceritakan pengalamannya terkait sejarah pembentukan Grameen Bank. Serta perkembangan bank ini di berbagai negara.

Dalam buku tersebut dikisahkan bahwa Grameen Bank ini berdiri dengan dilatarbelakangi keprihatinan Yunus akan kondisi kemiskinan akut yang menjangkiti negerinya tersebut. Hingga pada suatu ketika ia mencoba untuk turun langsung ke lapangan untuk mencari tahu kondisi masyarakat guna mencari titik terang atas gelapnya kemiskinan di sana.

Setelah beberapa waktu melakukan pengamatan ia menemukan beberapa fakta unik terkait kehidupan para wanita Bangladesh. Mereka ini hidup dalam ketertutupan atas dunia luar. Terutama atas para orang asing --seperti Yunus yang baru datang ke sana saat itu.

Para wanita ini pun, digambarkan Yunus, kerap mendapat perlakuan kasar dari para suami, serta tekanan orang tua jika mereka belum menikah. Budaya lokal yang bersifat konservatif juga mendukung "pemenjaraan" para wanita tersebut. Hal inilah yang menyebabkan mereka menjadi tertutup akan dinamika yang ada diluar rumahnya.

Di tengah segala yang bersifat serba tertutup tersebut rupanya para wanita ini sebenarnya adalah para pahlawan dari masing-masing keluarga. Mereka adalah pelindung bagi para anak sekaligus seorang pekerja keras. Hal yang berbeda bila dibandingkan oleh para pria.

Selain itu para wanita ini adalah orang-orang yang bisa menjaga amanat ketika ada pinjaman atau titipan yang diberikan pada mereka. Apa pun bentuknya. Mereka akan berjuang sekuat tenaga untuk menjaga amanat ini dan akan mengembalikan amanat tersebut bila suatu saat diminta oleh empunya.

Kombinasi antara kerja keras dan amanat inilah yang kemudian menjadikan Grameen Bank bisa mencapai kesuksesannya. Sehingga, dengan bantuan sponsor serta management yang baik di dalanya Grameen bisa meluaskan jaringan hingga lintas desa di sana.

Dalam cerita selanjutnya juga disebutkan bahwa tak hanya Bangladesh. Beberapa negara juga berhasil menjalankan sistem Grameen ini. Akan tetapi, Yunus, menyebutkan bahwa ada dua negara saja yang masih belum berhasil menerapkan program Grameen ini. Yang pertama adalah Filipina, sedangkan kedua adalah negeri kita, Indonesia.

Apa yang salah dengan Indonesia? Yunus pun enggan untuk membeberkannya lebih lanjut. Namun, bila dikaitkan dengan asumsi negeri kaum Nuh tadi tentu membuat tubuh ini merinding. Karena alih-alih mewarisi peradaban tinggi justru malah mewarisi kegendengan kaum Nabi Nuh tersebut.

Hal ini lagi-lagi mengingatkan penulis pada curhat seorang toke (lintah darat) terkait perilaku hutang masyarakat desa, tempat Kuliah Kerja Nyata (KKN) semasa kuliah dulu. Saat itu dengan nada memelas, sang toke menuturkan minimnya kemauan para warga desa untuk membayar hutang membuat usahanya kerap mengalami kredit macet. Bahkan, meski sang toke memberi ancaman dengan bunga ringgi hal ini tetap saja tak berarti.

"Masyarakat sudah kecanduan hutang. Mereka lebih senang barangnya disita. Ketimbang harus membayar hutang, katanya.

Hal yang lebih Ironis terjadi ketika bantuan pinjaman dari pemerintah datang. Jangan harap akan dikembalikan. Dipakai untuk kepentingan membangun usahanya saja sudah merupakan prestasi yang baik.

Alih-alih menjadikan pinjaman tersebut adalah sebuah hutang yang harus dibayar mereka malah berpikir hal tersebut merupakan sebuah kompensasi atas mereka status kewaeganegaraan mereka. Toke tadi menilai perilaku konsumtif (kerakusan -red) diduga sebagai biang masalah ketimbang kemiskinan yang dijadikan alasan ketakmampuan mereka dalam mengembalikan pinjaman tersebut.

Di tingkat elit juga tak jauh berbeda. Kasus Gayus, mungkin bisa dijadikan refleksi atas kondisi permasalahan masyarakat saat ini. Mental ogah bayar hutang ini juga terjadi pada masyarakat yang, katanya, lebih 'beradab'.

Memang sungguh suram negeri ini kalau dipikir-pikir. Namun demikian bukan berarti tak ada cahaya terang di dalamnya dan optimisme di dalamnya. Beberapa waktu lalu ulama internasional, Dr Yusuf Qhardawi pernah mengungkapkan keoptimisan itu.

Dalam ceramahnya di masjid Al Azhar Kebayoran itu ia memprediksi bahwa kebangkitan peradaban baru manusia akan dimulai dari negeri ini. Qardhawi melihat bahwa potensi kehidupan yang lebih demokratis, dibanding negara lain, membuat Indonesia memiliki modal yang membuka keluwesan masyarakatnnya untuk mengkspresikan dirinya secara lebih baik.

Tentu pada akhirnya kita berharap optimisme Qhardawi itu bisa terwujud. Sehingga, bangsa ini termasuk kedalam 'golongan orang-orang yang ikut dalam bahtera Nuh itu'. Semoga saja.

Ke Mana Arah Keadilan Iklim?


Jakarta - Minggu lalu para negosiator perubahan iklim dari seluruh dunia bertemu di Bonn untuk pertama kalinya sejak konferensi Desember tahun lalu di Kopenhagen. Tujuan dari pertemuan Bonn sejatinya adalah untuk mengambil "pecahan-pecahan" dari pertemuan Denmark yang dianggap banyak pihak telah gagal mencapai kesepakatan ambisius mencegah perubahan iklim dunia.

Target selanjutnya pertemuan Bonn adalah melihat berbagai sisi positif yang masih bisa diambil dan kemudian mengubahnya menjadi kesepakatan global yang lebih mengikat pada konferensi perubahan iklim berikutnya di Cancun Meksiko pada bulan Desember 2010.

Kenyataannya, perdebatan tentang "climate justice" (keadilan iklim) selalu menjadi topik yang hangat. Karena, perbedaan sudut pandang itu pula akhirnya pertemuan di Kopenhagen yang lalu tidak menemui kesepakatan target ambisius untuk mengatasi perubahan iklim bumi.

Tanggung Jawab Apa Lagi?

Ungkapan keadilan iklim muncul karena adanya historical responsibilities (tanggung jawab sejarah). Seperti tertuang dalam Kyoto Protokol "common but differentiated responsibilities" (senasib, tapi beda tanggung jawab).

Dari sudut pandang tanggung jawab historis tentu tidak adil menyamaratakan tanggung jawab antara negara pencemar (yang nota bene adalah negara maju) dan negara berkembang. Ratusan tahun lamanya negara berkembang, seperti Indonesia, berada dalam kolonialisasi negara maju. Naasnya, ketika negara berkembang memiliki peluang mengkapitaliasi kekayaan alam untuk kemakmuran bangsanya, kondisi yang ada sangat dibatasi oleh kemampuan bumi yang semakin ringkih dan adanya peraturan lingkungan international yang ketat.

Sayangnya, wacana memposisikan "dosa iklim" dari runtutan sejarah tersebut tidak mudah diterima di negara maju. Pernyataan bahwa generasi dari negara maju saat ini wajib membayar kesalahan para pendahulu mereka seolah menjadi usang bila berhadapan dengan empat hal.

Pertama, arus informasi media di negara industri akan dengan mudah menyeret negara berkembang seperti Cina, India, dan bahkan Indonesia harus ikut memikul tanggung jawab menurunkan emisi. Karena, terbukti menjadi negara penghasil emisi karbon yang tinggi.

Kedua, negara-negara Eropa merasa telah memberikan keuntungan financial besar bagi negara berkembang sejak diberlakukannya mekanisme perdagangan karbon menurut protokol Kyoto, yang jumlahnya bahkan mencapai 1,2 triliun US Dollar (Nicholas Stern, 2009).

Ketiga, meskipun diakui emisi industri besar tetapi negara industri menganggap hal itu wajar karena mereka telah bekerja keras untuk membangun teknologi yang akhirnya juga dinikmati pula oleh negara berkembang. Kebalikannya, negara berkembang bahkan tidak pernah dikenai tanggung jawab membatasi emisi mereka hingga muncullah fenomena industrialisasi Cina yang menempatkan negara tersebut sebagai pencemar terbesar saat ini.

Terakhir, negara maju telah menyetujui untuk membantu negara berkembang secara finansial untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim yang jumlahnya sebesar 10 miliar US Dollar per tahun hingga 2012 dan 100 miliar US Dollar per tahun mulai tahun 2020.

Adakah Pemenang?

Jelas, akan ada pemain ekonomi yang akan kalah. Yang pasti adalah, bahwa kita semua akan menjadi pecundang jika terjadi bencana akibat perubahan iklim. Seperti bencana alam tak menentu, banjir, kekeringan, air laut yang menenggelamkan negara kepulauan seperti Tuvalu dan Maladewa, penyakit akibat iklim, dan sebagainya.

Bila dicermati secara positif lebih luas lagi, COP-15 seharusnya menciptakan pemenang. Oleh karena itu, ketimbang menjadi zero-sum game, memandang selalu ada pemenang yang meninggalkan pecundangnya, hasil COP-15 selayaknya menjadi positive sum game, memposisikan sebagai pemenang. Meskipun, ada sebagian dari penduduk bumi menangggung biaya lebih banyak dari yang lainnya.

Kategori "pecundang" yang lainnya akan meliputi perusahaan minyak berbasis bahan bakar fosil dan batubara. Tampaknya, dengan kebijakan emisi yang ketat, produser bahan bakar fosil akan terpaksa tergerus margin keuntungan mereka. Tapi, bersamaan ketika kandungan minyak dunia menurun, sementara kebutuhan kontinyu terhadap bahan bakar minyak (BBM) pada sektor tranportasi yang semakin tinggi, akan menjamin kebutuhan BBM yang tinggi pula sehingga harga tetap menguntungkan produser BBM.

Boleh jadi negara-negara Arab tentu akan keberatan dengan peraturan emisi bahan bakar fosil yang ketat. Tetapi, negara-negara arab berpeluang mendapat keuntungan signifikan dari energi terbaharukan. Negara-negara Arab akan menjadi "solar valley" dengan sinar matahari yang berlimpah ruah yang dimiliki. Infrastrukutur energi yang mapan akan menjadikan negara-negara Arab kandidat utama untuk pengembangan energi surya bersakala besar. Bahkan, memproduksi energi untuk skala ekspor. Seperti yang dilakukan oleh Tunisia.

Selain itu, produsen batubara akan menderita karena batubara adalah bahan bakar yang mengandung karbon tinggi. Tetapi, keberadaan teknologi Carbon Capture Storage (CCS) yang mengurangi emisi karbon gas buang dari pembangkit energi berbahan bakar batubara akan menjamin produser batubara tetap memegang peran penting dalam pasar energi dunia masa depan.

Jalan Mendulang Dollar

Terlepas dari perdebatan tentang siapa yang berhak mendapat keadilan iklim, potensi proyek perubahan iklim ternyata peluang "mendulang dollar" bagi siapa yang cermat membidik investasi. Pertama, Climate Accord yang diputuskan pada COP-15 memutuskan negara maju untuk membantu negara berkembang secara finansial untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim yang jumlahnya sebesar 10 miliar US Dollar per tahun hingga 2012 dan 100 miliar US Dollar per tahun mulai tahun 2020.

Kedua, analisis dari lembaga New Energy Finance juga perlu dicermati. Pada tahun 2010, sekitar 250 miliar US Dollar akan diinvestasikan untuk proyek adaptasi dan pencegahan iklim, perluasan sarana air bersih, dan pengembangan dan aplikasi teknologi energi terbarukan. Artinya, dari kedua peluang tersebut, ada jalan mendulang dolar dari proteksi perubahan iklim mulai tahun baru 2010 yang akan kita mulai bersama.

Sepatutnya tak pernah ada kata kalah bila sebuah peristiwa yang dianggap kegagalan tersebut ternyata jendela pembuka untuk melihat peluang keberhasilan. Bila banyak pihak mengatakan bahwa berbagai pertemuan iklim termasuk pertemuan Kopenhagen telah gagal maka hanya satu yang boleh dijadikan jalan keluar dari segala kegagalan kesepakatan tersebut. Perubahan iklim global seharusnya ditunda.

Pada akhirnya kita kembali pada realita. Iklim bumi kita sudah berubah sehingga bumi semakin ringkih. Tinggal kita yang harus mengambil sikap dari realita perubahan iklim yang telah terjadi: ingin menjadi pemenang atau pecundang?

Menggapai Kemerdekaan Ekologis


Jakarta - Masih dalam suasana Indonesia 65. Sejenak kita ambil waktu untuk melihat hasil-hasil pembangunan selama 65 tahun terakhir. Selama lebih dari enam dekade pembangunan ekonomi menjadi fokus utama negara meskipun kecepatan dan tingkat pemerataannya berjalan lambat. Selama ini pula kita melihat pembangunan ekonomi tidak banyak mengindahkan kaidah-kaidah lingkungan hidup yang mengakibatkan banyak sekali kerusakan lingkungan di negeri ini.

Memang isu-isu lingkungan hidup bukan isu seksi seperti dunia politik. Namun, masalah lingkungan sudah semakin disadari signifikansinya dalam praktek bernegara. Kalimat pertama dalam dasar pertimbangan untuk menetapkan UU No 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) berbunyi sebagai berikut: bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Selain itu terdapat enam buah frase "pembangunan berkelanjutan" dalam UU PPLH ini. Artinya pengarusutamaan isu-isu lingkungan hidup sudah menyetel dengan konstitusi kita. Lingkungan hidup sudah menjadi hak asasi warga negara yang berarti kita berhak menuntut lingkungan yang bersih dan hijau. Seiring dengan perayaan Kemerdekaan RI yang ke-65, dalam konteks perekonomian negara, kemerdekaan ekologis yang berarti merdeka dari lingkungan yang rusak, tercemar, dan terdegradasi masih perlu perjuangan yang keras oleh segenap anak bangsa.

Dalam salah satu teori green economy (ekonomi hijau) atau ekonomi ekologis (ecological economy), dikenal istilah 'irreversible' (sifat yang tidak dapat dipulihkan kembali) dan 'entropy/ randomness' (ketidakberaturan). Kedua istilah itu mengandung makna bahwa pembangunan ekonomi tidak boleh memutuskan sifat ketergantungan yang harmonis antara human-economy (digerakkan oleh perilaku manusia dan praktek usaha) dan natural-ecosystem (ekosistem natural).

Secara ilmu fisika energi entropy diambil dari hukum kedua termodinamika yang mengatakan bahwa aliran kalor memiliki arah di mana tidak semua proses di alam semesta adalah 'reversible' (dapat dibalikkan arahnya). Sebagai contoh jika seekor beruang kutub tertidur di atas salju maka salju di bawah tubuhnya akan mencair karena kalor dari tubuh beruang tersebut. Namun, beruang tersebut tidak dapat mengambil kalor dari salju itu untuk menghangatkan tubuhnya. Dengan demikian aliran energi kalor memiliki arah yaitu dari panas ke dingin.

Perdebatan tentang ekonomi hijau vs ekonomi konvensional neo klasik sudah muncul sejak era tahun 1970-an ketika salah satu pakar ekonomi hijau Georgescu-Roegen tahun 1971 menerbitkan buku yang berjudul The Entropy Law and Economic Process. Sebelumnya Club of Rome era 1960-an sudah membuat kajian mengenai 'The limits of Growth'.

Perdebatan sentral ketika itu adalah apakah teori ekonomi neoklasik tentang penggunaan sumber daya alam harus dimodifikasi untuk mengikuti hukum termodinamika kedua --yang disebut dengan hukum entropy. Teori neoklasik memang sudah comply dengan prinsip-prinsip hukum termodinamika pertama (energi adalah bersifat kekal, tidak dapat diciptakan dan dihancurkan, yang bisa hanya dikonversikan ke bentuk energi lain). Bahwa, konservasi energi dan material menunjukkan kondisi di mana harga yang merupakan nilai preferensi dari agen ekonomi rasional, secara akurat telah memasukkan kelangkaan sumber daya alam dan kemudian menciptakan kondisi pasar yang secara efisien mengalokasi sumber daya yang langka itu.

Meskipun demikian hukum entropi memaksakan batasan-batasan tambahan secara langsung pada proses fisik yang tidak hanya dihasilkan oleh proses konservasi itu sendiri. Entropy memang kemudian menjadi relevan dengan ekonomi penggunaan sumber daya alam jika pertimbangan hukum pertama termodinamika tidak memberikan hasil yang akurat dalam mengukur kelangkaan sumber daya alam dalam rentang perencanaan ekonomi dan pengembangan kebijakan nasional secara jangka panjang.

Inilah juga yang digunakan sebagai deplesi atau penyusutan sumber daya alam. Khususnya dalam perhitungan green PDB (PDB hijau). Pertimbangan entropy ini berkaitan erat dengan jasa lingkungan. Dalam praktek ekonomi sehari-hari pasar tidak dapat menangkap jasa lingkungan dalam menentukan harga barang dan jasa. Oleh sebab itu menurut Prof Emil Salim pasar perlu dikoreksi baik melalui mekanisme pajak, insentif, maupun disinsentif.

Jadi pada akhirnya hukum termodinamika kedua tetap relevan dan layak menjadi pertimbangan utama bahwa lingkungan yang rusak dan tercemar akibat efek pembangunan fisik yang masif tidak dapat dipulihkan kembali kondisinya seratus persen seperti sedia kala. Jadi merusak lebih gampang daripada memelihara.

Pembangunan Ekologis
Dalam UU No 27 tahun 2007 tentang RPJP (Rencana Pembangunan Jangka Panjang) Nasional tahun 2005 - 2025, pasal 3 tercantum sebagai berikut: RPJP Nasional merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial dalam bentuk rumusan visi, misi dan arah Pembangunan Nasional.

Bahkan, dalam penjelasan UU ini ditambahkan kalimat sebagai berikut: Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun merupakan kelanjutan dari pembangunan sebelumnya mencapai tujuan pembangunan sebagaimana diamanatkan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Untuk itu, dalam 20 tahun mendatang, sangat penting mendesak bagi Bangsa Indonesia untuk melakukan penataan berbagai langkah-langkah. Antara lain di bidang pengelolaan daya alam, sumber daya manusia, lingkungan hidup kelembagaannya, sehingga bangsa Indonesia dapat ketertinggalan dan mempunyai posisi yang sejajar serta yang kuat di dalam pergaulan masyarakat Internasional.

Kalau UU RPJP No 27 tahun 2007 dan UU PPLH No 32 tahun 2009 dipakai sebagai cermin refleksi kemerdekaan RI di bidang ekosistem dan pembangunan maka hasilnya masih jalan di tempat. Pengelolaan lingkungan hidup masih tumpang tindih antara sektor dan sub sektor pemerintahan baik di pusat maupun daerah. Belum lagi pelaksanaan Amdal di daerah-daerah yang masih asal-asalan sehingga Amdal hanya berupa dokumen lampiran layaknya surat-surat perizinan lainnya.

Sudah banyak kasus rusaknya lingkungan ini. Di antaranya kasus anyar pencemaran merkuri Sungai Cikantor Lampung, debu tambang batu bara Kalsel di atas ambang toleransi, hancurnya hutan-hutan Kalimantan akibat agresivitas kuasa penambang lokal tanpa Amdal yang layak, setiap tahun 1,8% lahan hijau negeri berkurang, selama 15 tahun terakhir 2,3 juta hektar hutan bakau di Indonesia berubah fungsi menjadi tambak, 70 Persen terumbu karang di Sulsel rusak.

Dalam UU PPLH No 32 tahun 2009 ini ada revitalisasi fungsi Amdal secara optimal. Selain itu ada ketentuan di UU ini bahwa apabila izin lingkungan statu entitas bisnis dicabut maka otomatis izin usahanya juga dibatalkan. Ada anggapan bahwa UU ini akan menjadi penghambat investasi asing dan domestik. Namun, anggapan itu sangat keliru karena justru UU ini berniat baik untuk menjembatani antara kepentingan ekonomi-bisnis dengan keberlanjutan lingkungan yakni pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan.

Penghambat utama investasi asing yang masuk ke Indonesia bukan disebabkan Amdal yang berat. Namun, adanya biaya-biaya siluman (termasuk pungutan liar) dan proses birokrasi yang panjang ke instansi-instansi terkait. Proses perizinan investasi di Indonesia bisa makan waktu lebih dari 150 hari. Proses yang lama ini dapat menimbulkan korupsi dan praktek suap. Ini berbeda dengan praktek perizinan di negara-negara lain yang lebih cepat, murah, dan efisien. Menurut laporan Bank Dunia tahun 2008 (Doing Business Report 2008) proses izin investasi di Singapura mencapai 5 hari, Malaysia 24 hari, dan Cina 30 hari.

Green Banking di Indonesia
Tanggal 02 Agustus 2010 Bank Indonesia (bekerja sama dengan Kementerian LH) mengumpulkan 80 bank nasional dan asing untuk sosialisasi UU PPLH No 32 tahun 2009. Forum ini sungguh bermanfaat untuk menjelaskan kepada pihak perbankan bahwa lingkungan sudah menjadi isu utama pembangunan khususnya yang berhubungan dengan sektor pembiayaan kepada debitur-debitur atau korporasi yang bergerak di bidang industri ekstraktif.

Sejalan dengan itu perbankan sebagai urat nadi perekonomian perlu pro aktif dalam membuat kebijakan bisnis, produk, dan layanannya yang sejalan dengan semangat pembangungan berkelanjutan. Salah satu ketentuannya adalah green lending.

Di sini BI harus membuat gebrakan sebagai regulator agar bank segera memiliki aturan dan standar yang sama tentang pengelolaan risiko-risiko lingkungan dengan kelayakan kredit. Singkatnya bagaimana BI membuat regulasi sehingga perbankan dapat 'Incorporated' secara mandatori dalam misi dan strateginya. Isu-isu krusial yang perlu dibahas apabila kelak konsep green banking (definisi: bank yang menempatkan sustainability pada prioritas utama bisnisnya) diterapkan adalah sebagai berikut:

1. BI membuat ketentuan kewajiban penerapan ESRA (Environmental and Sosial Risk Assessment) ke semua bank nasional dan asing di Indonesia. Dengan perangkat ESRA bank dapat melakukan mitigasi risiko-risiko lingkungan yang berhubungan dengan kelayakan proyek yang akan didanai oleh Bank. Dalam ESRA harus tercantum standar credit scoring yang menjadi acuan suatu proposal proyek itu yang secara environmental layak didanai. Jangan sampai Debitur A di bidang tambang, mengajukan kredit ke Bank X ditolak, lalu Debitur A mengajukan lagi proposal ke Bank Y, dan proposal pengajuan kreditnya diterima. Ini jelas standar ganda. Sebisa mungkin kasus-kasus ini dihindari melalui filter regulasi BI.

2. Ada suatu perusahaan yang kemudian hari melakukan pencemaran berat dan akhirnya Izin LH dicabut oleh KLH atau Pemda. Otomatis izin Usaha juga gugur (UU No 32 Tahun 2009). Sementara perusahaan ini masih punya cicilan kredit ke bank A.

Bagaimana kolektibilitas kreditnya terhadap bank A yang dapat berakibat naiknya NPL (Non Performing Loan, alias kredit macet) Bank A. Ini perlu dibuat skenario buruk kalau suatu saat terjadi, dan apakah mungkin bank diberikan insentif oleh BI baik penghapusan kreditnya maupun ganti rugi. Atau adakah skema asuransi lingkungan yang mengkover kerugian kredit macet tersebut?

Kasus serupa, kalau debitur Bank adalah supplier/ vendor utama dari PT X Tambang. Suatu ketika ijin lingkungan PT X Tambang ini dicabut karena mencemari lingkungan, dan otomatis izin usaha gugur. Bagaimana kelanjutan kredit di Bank di mana supplier itu menjadi debiturnya. Sementara core business debitur tersebut adalah dengan PT X Tambang. Ini bisa berakibat pada naiknya NPL bank tersebut.

3. Perlu adanya mekanisme atau sistem informasi AMDAL on-line sehingga pihak Bank bisa mengakses calon-calon debitur yang berisiko merusak atau mencemari lingkungan. Setidaknya bank dapat melihat validitas dan keabsahan dokumen-dokumen lingkungan dari calon debitur. Sistem Amdal On-line ini juga dapat memuat profile atau status PROPER perusahaan tersebut. Jadi semacam mekanisme rating AMDAL ke Pemerintah Pusat/ Pemda. Kalau di dunia banking, ini namanya SID (Sistem Informasi Debitur).Jadi mekanisme ini dibuat layaknya SID untuk AMDAL si calon debitur.

Biodiversitas

Refleksi kemerdekaan ekologis ini patut menjadi renungan HUT RI ke-65. Apakah sudah seharusnya negeri ini putar haluan dengan membangun negeri melalui pemanfaatan biodiversitas (keanekaragaman hayat) yang jumlahnya melimpah ruah. Berdasarkan survey McKinsey yang dilakukan pada periode 15 - 19 Juni 2010 kepada 1.576 respondennya (seluruhnya eksekutif dari berbagai jenis korporasi) di seluruh dunia, ditemukan fakta bahwa dunia bisnis (37%) sudah menyadari betapa pentingnya keanekaragaman hayati bagi masalah keberlanjutan (sustainability) bisnis mereka.

Bahkan, terkait dengan perubahan iklim, sebanyak 59% responden menyatakan bahwa biodiversitas merupakan suatu peluang bisnis ketimbang risiko. Lalu sebanyak 52% responden menyatakan bahwa pemanfaatan energi terbaharukan dalam hubungannya dengan biodiversitas merupakan aksi nyata yang akan mereka lakukan dalam perusahaan mereka.

Meskipun masih carut-marut di lapangan namun harapan pembangunan berbasis lingkungan hidup masih bersinar pada UU PPLH. Paradigma UU PPLH ini adalah pembangunan berkelanjutan yang penuh dengan nilai-nilai wawasan lingkungan hidup. Oleh karena itu sudah saatnya rakyat negeri kita menuntut kemerdekaan ekologis sebagai hak asasi manusia. Kemerdekaan ekologis merupakan cita-cita luhur seluruh anak negeri untuk menuntut negara menciptakan rasa aman dari risiko hancur, cemar, dan rusaknya lingkungan hidup demi generasi sekarang dan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Sekali lagi dengan adanya kesadaran dunia dan tren bisnis global akan pentingya harmoni bisnis dan lingkungan maka selayaknya Indonesia mengambil sikap proaktif untuk memanfaatkan kekayaan alam secara berkelanjutan (sustainable) dalam peningkatan nilai tambah ekonomi. Inilah jati diri bangsa dalam kemerdekaan negeri ini. Kemerdekaan bukan hanya pintar untuk menjual barang mentah namun juga mengolahnya secara optimal untuk kepentingan industri dalam negeri dan daya saing produk kita. Semoga hal ini menjadi kenyataan.

Selamat merenungkan kemerdekaan kita.

Bencana Banjir Wasior dan Kapitalisasi Hutan


Jakarta - Di tengah riuh-rendahnya isu pembatalan presiden ke Belanda dan kontroversi calon tunggal Kapolri batin kita kembali terkoyak duka atas bencana banjir yang melanda Wasior Papua Barat. Bencana itu meranggut nyawa seratus lebih orang dan ratusan lainnya mengalami luka-luka dan masih banyak korban yang belum ditemukan.

Tentu tak mungkin kita menyalahkan Tuhan. Dengan dalih musibah yang terjadi adalah akibat amukan alam yang berada dalam kendali dan kuasa-Nya. Tuhan telah menyediakan alam dan rasionalitas manusia untuk memanfaatkan alam sebagai rahmat dan faedah untuk dirinya.

Namun, terkadang manusia alpa, tamak, dan serakah. Alam dieksploitasi tanpa belas. Tanpa memberikan hak atasnya. Tanpa membiarkan keseimbangan tercipta atas dasar dan asas-asas ekologi yang berkelanjutan. Tak dapat dipungkiri bencana alam Wasior yang menyedot air mata. Musibah atas korban nyawa yang berjubel itu dikarenakan ekses eksploitasi hutan yang beringas.

Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) menilai banjir bandang di kota Wasior akibat kerusakan hutan di kawasan Kabupaten Teluk Wondama. Manajer Desk Bencana Eksekutif Walhi Irhash Ahmady mengatakan Walhi memperkirakan sekitar 30-40 persen hutan di kawasan Hutan Suaka Alam Gunung Wondiboi dan kawasan Taman Nasional Laut Teruk Cenderawasih mengalami alih fungsi. Akibatnya, Kali Angris dan Kali Kiot meluap dan membawa bencana bagi Wasior.

Kapitalisasi
Paradigma manusia terhadap hutan serta jejak keekologian saat ini tidak lagi dilihat sebagai entitas kehidupan. Akan tetapi hutan saat ini dilihat sebagai modal (kapital). Maka kepenguasaan atasnya adalah semata dikontrol oleh hukum-hukum bendawi (materialistis) yang berimpresi bisnis dan logika keuntungan.

Dengan paradigma semacam itu hutan semata dilihat sebagai sumber uang, sumber investasi, dan keuntungan (profit). Beda halnya bila hutan dilihat sebagai entitas kehidupan. Karena, dengan paradigma demikian (entitas kehidupan) hutan didekati secara etik secara moralistik. Karena, hutan menyimpan kehidupan manusia dan makhluk-makhluk lain secara holistik. Karena, hutan menyimpan kunci mata rantai keseimbangan kehidupan biotik.

Konsekuensinya perlakukan terhadap hutan pun cenderung pada perspektif hukum pasar (antara manusia dan sumber pendapatan). Hutan tidak lagi dilihat sebagai habitat makhluk hidup termasuk manusia. Melihat hutan dengan paradigma kehidupan akan mendorong manusia bertindak konstan. Dan, wujud dari itu adalah memanfaatkan hutan sembari memikirkan dan bertindak untuk mengontrol akibat-akibatnya.

Bencana banjir yang menelan nyawa manusia sebegitu banyak di Wasior disebabkan sempitnya cara pandang masyarakat terhadap hutan dan memanfaatkannya dengan cara-cara yang tidak etik. Ujung-ujungnya paradigma yang demikian justru memusibahkan manusia.

Kontrol Masyarakat
Dewasa ini menyerahkan kontrol keseimbangan ekologi kepada pemerintah saja tidak cukup. Karena, maraknya illegal logging oleh para cukong, baik dalam maupun luar negeri, membuka peluang pasar gelap penebangan hutan yang melibatkan kong-kalikong pemerintah dengan para cukong itu.

Kalau diibaratkan alih fungsi hutan dan penebangan liar hutan merupakan "lingkaran setan" yang membutuhkan kerja kolektif untuk melindungi hutan dari kelestariannya. Oleh sebab itu dibutuhkan keterlibatan masyarakat dalam memainkan peran kontrol terhadap masa depan keseimbangan ekologi.

Undang-Undang dan peraturan pemerintah saja tidak cukup melindungi hutan. Olehnya itu dibutuhkan keterlibatan masyarakar dengan segenap representasi kearifan lokalnya untuk menjadikan lingkungan sekitar sebagian bagian penting kehidupan sosial masyarakat setempat.

Keseimbangan ekologi dan ikatan nilai-nilai kearifan lokal setempat harus direvitalisasikan. Agar keterlibatan masyarakat dalam perlindungan hutan dan keberlangsungan keseimbangan ekologi dapat terjaga secara simultan. Hutan harus dijadikan basis kehidupan masyarakat.

Edukasi
Sejak saat ini, hendaknya kita sadar, untuk membudayakan pendidikan masyarakat dengan perspektif keseimbangan ekologi. Tentu pembudayaannya bermula dari masyarakat. Baik di ranah pendidikan, lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan, dan
stake holder pemerhati ekologi hutan.

Formalisasi pendidikan berbasis lingkungan selama ini cenderung terpola pada mekanisme kurikulum pendidikan yang mekanis. Alhasil sentuhan atau pengaruhnya terhadap kultur masyarakat masih terbilang minim. Hal ini terbukti dengan minimnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya merawat keseimbangan ekologi hutan.

Akibatnya tak jarang masyarakat pun sering terlibat dalam perusakan-perusakan hutan yang bersifat komersil. Pola edukasi kesadaran ekologi seperti ini perlu diubah secara revolutif. Jika tidak jangan salahkan siapa-siapa bila hutan kita rusak dan berakibat bencana dan kematian. Bencana banjir di Wasior Papua menjadi pelajaran berharga. Semoga!

Abdul Munir Sara
Jln Kayu Manis Baru 2 Matraman Jakarta Timur
abdulmunir_sara@yahoo.co.id
081318004078

Ada Hikmah di Balik Musibah


Jakarta - Satu bulan terakhir ini Ibu Pertiwi menangis. Seakan tidak rela dengan bencana yang bertubi-tubi menimpa pada negeri ini. Dari bencana tanah longsor di Bumi Papua (Wasior), kemudian secara bersamaan Pulau Mentawai terjadi gempa yang diikuti dengan Gelombang Tsunami, Gunung Merapi pun tidak mau kalah. Mengeluarkan erupsi sampai radius 10 km.

Semua itu merupakan fenomena alam yang apabila sudah sampai waktunya tidak ada daya dan kekuatan satu pun yang bisa menunda barang sedetik pun. Yang bisa dilakukan adalah menangkap sinyal-sinyal atau gelagat akan perubahan alam tersebut yang bakal menimbulkan bencana. Sebagaimana yang dilakukan oleh BMKG dan pihak-pihak terkait pada bencana Gunung Merapi.

Namun, sayangnya, walaupun sudah ada peringatan, masih saja ada segelintir orang yang mengacuhkan peringatan tersebut, yang pada gilirannya menjadi korban bencana secara sia-sia. Lain halnya dengan bencana Mentawai dan Wasior. Tanpa ada peringatan dini, tanpa ampun, mereka harus menjadi korban ganasnya Alam. Jerit tangis campur haru mewarnai suasana bencana ini dan kita yang menyaksikan lewat layar kaca hanya bisa pasrah campur haru.

Media elektronik maupun cetak mengabarkan dan menjadi headline berita. Bahkan, di dunia maya dan jejaring sosial pun sontak dan tidak kalah harunya memberikan respon keprihatinan akan musibah ini.

Negara merespons dengan membentuk sakorlak dan tanggap darurat bencana. Hal-hal ini sangat berdampak positif dan menunjukan kepedulian sesama anak bangsa yang senasib dan sepenanggungan atas musibah yang terjadi kepada mereka. Berbagi momen dan even kegiatan pun digelar, dalam rangka mencari dan mengumpulkan sumbangan berupa dana, pikiran, dan barang-barang yang dibutuhkan oleh para korban.

Walaupun masih ada keterbatasan, dalam pemerataannya karena kendala alam dan teknis, tapi yang jelas kepedulian itu masih ada di tengah-tengah kehidupan yang semakin hedonis ini. Memang kalau dilihat dari sisi jumlah barang kali bantuan-bantuan tersebut, tidak serta merta dapat mengembalikan apa-apa yang hilang sebelum adanya bencana. Namun, paling tidak sebagai bentuk rasa keprihatinan, kepedulian, itu masih ada.

Menyikapi bencana yang terjadi hendaknya harus bijak dan realistis. Tanpa harus melontarkan statemen mencari-cari alasan akan penyebab bencana tersebut. Yang ada tetap tabah, menerima, dan tegar akan musibah yang terjadi. Karena bisa-bisa jadi bencana ini merupakan: 1) Musibah, 2) Fitnah, 3) Ujian, dan 4) Azab.

Tidak ada satu orang pun yang bisa menvonis. Termasuk dari keempat kategori tersebut. Masing-masing bisa benar sesuai dengan sudut pandang mana melihatnya. Tapi, yang jelas, sebagaimana Sila pertama Pancasila, "Ketuhanan yang Maha Esa", sebagai umat yang percaya, yakin bahwa di 'Balik Musibah Pasti Ada Hikmah'.

Untuk itu agar tidak berlarut-larut dalam kesedihan tentunya filosofi itu perlu ditanamkan dalam hati. Seraya tetap tabah dan berusaha untuk bangkit bahwa sebagai makhluk ada keterbatasan yang harus diakui sehingga bisa berdampak positif. Yaitu lebih mendekatkan kepada Yang Kuasa. Pada gilirannya merasa ikhlash menerima musibah yang terjadi.

Semoga tulisan ini bisa menjadi sumbangsih, kepada para korban bencana negeri ini sehingga tidak larut dalam kesedihan dan bisa menerima kenyataan yang terjadi. Semoga.

Suwandi
Kompleks Palem Kartika No 21
Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur
su_onedi@yahoo.com
02184590020